Jumat, 29 April 2011

PUISI

RINDU
Tiba-tiba rinduku menyelinap dalam tidur
Membara, menggelodak, payah menghindari
Beriring mimpi-mimpi indah hari semalam
Kenangan lama bermain di ingatan
Kuhancurkan sekeping hati yang putih
Rambutnya yang ikal, yang pernah ku belai
Matanya yang sayu, menikam kalbu
Kini wajah manisnya membelit rinduku
Beginikah sakitnya hati itu dulu
Milik gadis yang lembut dan setia
Beginikah luka dan parahnya jiwa
Ketika tangan menggenggam surat cinta
Ketika mata meniti baris pemutus kata
Kau pulangkan kembali hati dan cintaku
Aku terpaku melihat wajahmu yang diam
Telah keringkah airmatamu, kekasih
Maka kau kembali seperti dulu
tersenyum dalam bahagia yang panjang ?
Amat payah melupakan hari semalam
Kasih yang telah hilang, kembali datang
Dalam sendu dan kesal tak berhujung
Padamu gadis yang tabah dan pasrah
Ku coretkan padamu kata penyambung bicara
Maluku bagaikan terlipat di dalam lembaran itu
Bagaimana nanti, tawamu yang tidak pasti
Atau paling ku ragu dan bimbang
Luka lamamu, pedihnya berulang
Maafkan, kiranya aku kau salahkan
Memang mudah mengucapkan, aku menyadari
Percayalah, Jika kau membenci bicaraku kini
Pasti rinduku tak terobati selamanya
Sumber : http://putracenter.net/puisi/

inflasi


Pengertian Inflasi
Adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara terus-menerus. Ini tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu nik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum batang secara terus – menerus selama satu periode tertent. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi
Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mngukur inflasi antara lain :
1.    Indeks biaya hidup (consumer price index)
Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup.
1.    indeks harga perdagangan besar (wholesale pirce index)
indeks perdangangan besar meniti beratkan pada sejumlah barang pada tingkat pedangangan besar.
1.    GNP deflator
GNP deflator adalah jenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua indeks di atas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang mencangkup dalam perhitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks di atas GNP deflator diperoleh dengn membagi GNP nominal (diatas harga Berlaku) dengan GNP rill (atas dasar harga konstans)
GNP deflator = GNP Nominal x 100
GNP rill
A. Jenis Inflasi Menurut Sifatnya
Laju Inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain atau dalam satu negara dalam waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya laju inflasi maka dapta dibagi ke dalam tiga kategori yaitu
1.    Merayap (creeping inflation)
Ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecit serta dalam jangka yang relatif lama.
1.    inflasi menengah (galloping inflation)
ditantai dengan kenaikanharga yang cukup besar dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai siat akselarasi (harga dalam waktu mingguan atau bulanan) efeknya terhadap perekonomian lebih besar dari pada inflasi yang merayap (creeping inflation)
1.    inflasi tinggi (hyper inflation)
merupakan inflasi yang paling parah akibatnya harga – harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang sebab nilai uang merosot dengan tajam seingga ingin ditukarkan dengan uang sehingga perputaran uang semakin cepat dan harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apa bila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang dibelanjakan dan ditutupi dengan mencetak uang.
B. Jenis Inflasi Menurut Sebabnya
1. Demand-pull inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan pemintaan total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping kenaikan harga dapt juga menaikkan hasil produksi (output).
2. Cost-push inflation
Berbeda dengan demand-pull inflation, cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena beberapa factor diantaranya :
·         perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntu kenaikan upah
·         Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga (yang lebih tinggi).
·         Kenaikan harga bahan baku industri.
C. Berdasarkan Sumber atau Penyebab Kenaikan Harga Inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut :
·         Inflasi Tarikan Permintaan : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh pertambahan pengeluaran yang besar yang tidak dapat dipenuhi oleh kemampuan memproduksi yang tersedia.
·         Inflasi Desakan Biaya : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan dalam biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah atau kenaikan upah.
·         Inflasi Diimpor : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam negeri.
2.3. Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1. Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh endapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,00.
2. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
3. Efek terhadap Output (Output Effects)
Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effects) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
4. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan wujud.
5. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu kepada masyarakat :
2.4. Cara Mencegah Inflasi
Dengan menggunakan Irving Fisher MV = PT, dapat dijelaskan bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat daripada T. Oleh karena itu maka untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M atau V) harus dikendalikan. Cara mengatur variabel M,V dan T tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi.
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara pertama apabila seseorag memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro kemudian yang kedua apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasart terbuka (jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan harga.
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga,serta medasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji / upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik maka gaji / upah juga dinaikan.
Indea tentang adanya hubungan antara inflasi dan pengangguran itu relatif baru, kira – kira pada akhir tahun 1950an. Secara sistematik hubungan ini baru mulai diperkenalkan oleh AW Phillips pada tahun 1958 dari hasil studi lapangan tentang hubungan antara kenaikan tingkat upah dengan pengangguran di inggris pada tahun 1861 – 1957.
Kurva yang menunjukkan adanya hubungan negatif ini sering disebut kurva Phillips (sesuai dengan nama penemunya). Kurva tersebut sejalan dengan keadaan yang terjadi di Inggris pada periode 1861 – 1957. Tahun di mana tingkat pengganguran rendah adalah juga tahun dalam mana tingkat kenaikan upah tinggi, dan sebaliknya tahun dalam mana pengangguran tinggi, tingkat kenaikan upah rendah.
Sampai pada akhir tahun 1950an masalah pokok kebijaksanaan makro ekonomi adalah mencapai secara serentakkesetabilan harga serta kesempatan kerja yang tinggi. Namun beberapa pemikiran pada waktu itu meragukan tercapainya kedua tujuan tersebut secara bersama – sama. Kurva Phillips dapat menjelaskan keadaan pesimis ini. Kesetabilan harga dan kesempatan kerja yang tinggi adalah dua hal yang tidak bisa terjadi bersama – sama.
Kurva Phillips diperoleh semata – mata atas dasar studi empirik, tidak ada dasar teorinya. Lipsey pada tahun 1960 mencoba untuk mengisi dasar teorinya. Untuk tujuan ini dia menggunakan sebagai dasar penjelasannya adalah teori pasar tenaga kerja.

Dengan demikian, natural rate of unemployment (UN) merupakan suatu tingkat pengangguran dalam mana terdapat kesetabilan upah (W = 0). Ada beberapa pernyataan Lipsey tentang kurva Phillips dengan menggunakan teori pasar tenaga kerja menjadi dua yaitu pertama, penawaran dan permintaan akan tenaga kerja menentukan tingkat upah, kedua tingkat / laju perubahan tingkat upah ditentukan oleh besarnya kelebihan permintaan (excess demand) akan tenaga kerja.
Masalah perkiraan atau ekspektasi ini muncul pada pertengahan tahun 1970an dan merupakan angin segar pada perkembangan ekonomi makro. Adanya trade-offantara inflasi dan unemployment dipertanyakan. Krisis minyak yang terjadi pada pertengahan tahun 1970an menimbulkan apa yang disebut stagflasi (stagnasidan inflasi), inflasi dan unemployment naik secara bersama – sama.
Sebelum pertengahan tahun 1970an teori yang dominan dalam penyusutan ekspektasi ini adalah adaptive. Menurut teori ini harga yang diperkirakan akan terjadi (expected price) didasarkan pada harga yang telah lalu. Apabila harga perkiraan sekarang tidak sama dengan harga yang betul – betul terjadi (actual price) saat ini, maka individu akan menggunakan kesalahan dalam perkiraan ini untuk memperbaiki perkiraannya di masa yang akan datang.
2.6. Kebijakan Pemerintah Dalam Menghadapi Inflasi
1. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M). salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposit). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro. Kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Deposito yang timbul dengan cara kedua sifatnya lebih inflatoir dari cara pertama. Sebab cara pertama hanyalah mengalihkan bentuk saja dari uang kas ke uang giral
2. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan ini menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara lagsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan ini yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total. Sehingga inflasi dapat ditekan.
4. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil kenaikan laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
5. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/upah juga dinaikkan.
Sumber: http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-inflasi/

Selasa, 26 April 2011

kebijakan moneter


Kebijakan moneter
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil. 
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
 
1.    Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar
1.    Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

Kebijakan moneter
 dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain : 
1.    Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
1.    Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
1.    Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
1.    Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

Bank Indonesia
 memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. [4]
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.

Referensi

Minggu, 10 April 2011

Pengangguran


Daftar isi
*       1.Pengangguran
3. Peringkat negara berdasar tingkat pengangguran

Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

Jenis & macam pengangguran

 Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.

 Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment

Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian.

 Pengangguran Siklikal

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerjalapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. tidak sebanding dengan jumlah
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapital suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

Peringkat negara berdasar tingkat pengangguran


Ranking
berdasarkan
entitas
Entitas
Tingkat
pengangguran
(%)
Sumber / tanggal dari
informasi
1
0.00
perkiraan 1996.
2
0.00
2005
3
0.00

4
0.90
Maret 2006 est.
5
1.20
perkiraan 2006 .
6
1.30
perkiraan 2006 .
7
1.30
September 2002
8
1.50
perkiraan Desember 2006
9
1.60
2005
10
1.70
1999
11
1.90
perkiraan 2006 .
12
2.00
perkiraan 2001 .
13
2.00
perkiraan 1992.
14
2.00
perkiraan 2006.
15
2.00
2004
16
2.10
perkiraan 2004.
17
2.10
perkiraan 2006.
18
2.10
2006
19
2.20
perkiraan 2006.
20
2.20
perkiraan 2004.
21
2.40
2001
22
2.40
perkiraan 2005.
23
2.50
perkiraan 2006.
24
2.50
2004
25
2.50
perkiraan 2000.
26
2.70
perkiraan 2006.
27
2.70
2006
28
2.90
perkiraan 2006.
29
3.00
2006
30
3.20
perkiraan 2005.
31
3.20
perkiraan 2006.
32
3.20
perkiraan 2006.
33
3.30
perkiraan Desember 2006 .
34
3.30
2005
35
3.30
perkiraan 2006.
36
3.50
perkiraan 2006.
37
3.50
perkiraan 2006.
38
3.60
1997
39
3.70
perkiraan 2006.
40
3.80
perkiraan 2006.
41
3.80
perkiraan 2006
42
3.80
perkiraan 2006.
43
3.80
2004
44
3.90
2001
45
3.90
perkiraan 2006.
46
4.00
2006
47
4.10
perkiraan 2006.
48
4.10
2005
49
4.10
perkiraan 2006.
50
4.20
2005
51
4.20
perkiraan 2005.
52
4.30
perkiraan 2006.
53
4.40
2004
54
4.50
2006
55
4.50
1997
56
4.80
perkiraan 2006.
57
4.90
perkiraan 2006.
58
4.90
perkiraan 2006.
59
4.90
perkiraan 2006.
60
5.30
perkiraan 2006.
61
5.50

62
5.50
perkiraan 2006.
63
5.60

64
5.60
perkiraan 2006.
65
5.80
perkiraan 2006.
66
6.00
perkiraan 2006.
67
6.00
perkiraan 1998.
68
6.10
perkiraan 2006.
69
6.20
2004
70
6.40
perkiraan 2006.
71
6.50
perkiraan Desember 2006.
72
6.50
perkiraan 2006.
73
6.60
perkiraan 2006.
74
6.60
perkiraan 2006.
75
6.80
perkiraan 2006.
76
6.80
perkiraan 2005.
77
6.90
perkiraan 2005 .
78
7.00
perkiraan 2006.
79
7.00
perkiraan 2006.
80
7.10
perkiraan 2006.
81
7.20
perkiraan 2006.
82
7.30
perkiraan 2005.
83
7.40
perkiraan November 2006.
84
7.40
perkiraan 2006.
85
7.40
perkiraan 2006 .
86
7.60
perkiraan 2006.
87
7.60
perkiraan 2006
88
7.60
perkiraan January 2007.
89
7.60
1999
90
7.70
perkiraan 2006 .
91
7.80
perkiraan 2006 .
92
7.80
perkiraan 2006 .
93
7.80
2006
94
7.90
perkiraan 2006.
95
8.00
2002
96
8.00
perkiraan 2001 .
97
8.10
perkiraan 2006.
98
8.10
perkiraan Oktober 2006.
99
8.40
perkiraan 2006 .
8.50
perkiraan 2006 .
100
8.70
perkiraan Desember 2006 .
101
8.80
perkiraan 2006.
102
8.90
perkiraan October 2006 .
103
9.20
perkiraan 2006 .
104
9.30
perkiraan 2005 .
105
9.40
2006
106
9.40
perkiraan 2005.
107
9.40



perkiraan 2006









      




108
9.50
2004
109
9.60
perkiraan 2006 .
110
9.60
perkiraan 2006 .
111
9.60
perkiraan 2006 .
112
10.00
perkiraan 1997.
113
10.20







perkiraan kuarter ke 3, 2006 .
114
10.20
perkiraan 2006.
115
10.20
perkiraan 2006.
116
10.20
perkiraan 2006.
117
10.20
perkiraan 2005 .
118
10.30
perkiraan 2006.
119
10.30
1999
120
10.60
perkiraan 2006.
121
10.70
perkiraan 2003 .
122
10.80
perkiraan 2006.
123
11.00
perkiraan 2001 .
124
11.10
perkiraan 2006.
125
11.30
perkiraan 2006 .
126
11.40
perkiraan 2002 .
127
11.70
2005
128
12.00
2001
129
12.00
perkiraan 2004.
130
12.00
2002
131
12.50
2000
132
12.50
perkiraan 2005 .
133
12.50
perkiraan 2006 .
134
12.60
perkiraan 2004.
135
13.00
1998
136
13.00
perkiraan 2004 .
137
13.00
perkiraan Tahun anggaran 03/04 .
138
13.10
2005
139
13.80
perkiraan September 2006 .
140
13.90
perkiraan 2006 .
141
14.00
perkiraan 1998.
142
14.60
perkiraan 2001.
143
14.90
perkiraan November 2006.
144
15.00
perkiraan 2005 .
145
15.00
perkiraan 2004 .
146
15.00
perkiraan 2007 .
147
15.00
perkiraan 2001.
148
15.20
2003
149
15.40
perkiraan 2006 .
150
15.70
perkiraan 2006.
151
16.00
perkiraan 2006.
152
17.00
perkiraan 2002.
153
17.10
2004
154
17.20
perkiraan 2006 .
155
18.00
perkiraan 2004.
156
18.70
perkiraan 2002 .
157
20.00
perkiraan 1996 .
158
20.00
perkiraan 1997.
159
20.00
perkiraan 2006.
160
20.00
perkiraan 2003.
161
20.00
perkiraan 2004.
162
20.30
2005
163
20.30
2005
164
21.00
perkiraan 2000.
165
21.00
perkiraan 1997.
166
21.00
perkiraan 1997.
167
22.00
perkiraan 2000.
168
23.00
perkiraan 2000
169
23.80
2004
170
25.00
perkiraan 2005 .
171
25.40
2005
172
25.50
perkiraan 2006.
173
27.70
2005
174
27.90
perkiraan 2006.
175
29.80
2005
176
30.00
perkiraan 2001.
177
30.00
perkiraan 1998 .
178
30.00
perkiraan 2004 .
30.00
perkiraan 2006.
179
30.90
perkiraan 2000.
180
31.60
perkiraan 2005 .
181
35.00
perkiraan 2003.
182
36.00
perkiraan September 2006 .
183
40.00
perkiraan 2005 .
184
40.00
perkiraan 2006.
185
40.00
perkiraan 2001.
186
42.00
perkiraan 2004 .
187
45.00
2002
188
45.50
perkiraan 31 Desember 2004 .
189
48.00
perkiraan 2001 .
190
50.00
perkiraan 2004 .
191
50.00
perkiraan 2000.
192
50.00
perkiraan 2001
193
60.00
perkiraan 2000
194
60.00
perkiraan 2004
195
80.00
perkiraan 2005
196
85.00
perkiraan 2003
197
90.00
perkiraan 2004
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran